KONFLIK
MASALAH EKONOMI MEMPENGARUHI
PENDIDIKAN ANAK
Kelas : 2KA33
Nama Kelompok :
- Darvin
Christian (12113048)
- Fajar
Ramadhan (13113163)
- Fhathu Akmal Akbar (13113435)
Universitas
Gunadarma
2014
BAB I
PENDAHULUAN
PENGARUH
EKONOMI TERHADAP PUTUSNYA SEKOLAH ANAK
1.1. Latar
Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Setiap individu yang
dilahirkan ke dunia memerlukan pendidikan untuk menjalankan kehidupan dengan
baik dan berguna bagi nusa dan bangsa. Serta kehidupan yang layak dan bermutu
dapat dicapai. Langkah awal kita untuk bisa menghadapi kehidupan kedepan dan
memenuhi tuntutan zaman adalah belajar dengan baik dan benar.
Belajar dilakukan oleh setiap orang dari awal-awal
kehidupan, seperti belajar merangkak dan belajar berjalan serta belajar
berbicara. Ini merupakan proses pembelajaran awal yang terjadi,dialami dan
dilakukan di lingkungan keluarga. Ini akan terus berlanjut sampai seorang anak
memiliki pola pikir yang baik.
Setelah pemikiran seorang anak berkembang, maka anak akan
mulai menerapkan didikan yang didapatnya dari kalangan keluarga yang diberikan
oleh ayah, ibu dan kakak-kakaknya. Tidak semua ilmu pengetahua yang bisa
diberikan oleh keluarga kepada anak. Anak membutuhkan ilmu pengetahuan yang lebih
untuk bisa menjalani kehidupan dengan baik nantinya. Mengingat pentingnya ilmu
pengetahuan dan keterbatasan pihak keluarga dalam memberikan ilmu pengetahuan,
maka para orang tua melanjutkan pendidikan anaknya dari pendidikan non formal
kepada pendidikan formal yaitu dengan memasukkan anaknya ke dalam lembaga
pendidikan formal sepaerti sekolah.
Pendidikan
formal merupakan instrumen terpenting untuk menghasilkan masyaraka yang
memiliki produktifitas yang tinggi. Namun pada hakekatnya pendidikan tidak dapat
dilepaskan dari masalah ekonomi,baik
secara langsung mupun secara tidak langsung
Putus sekolah
merupakan masalah yang sangat penting untuk dibicarakan dan dicari jalan
keluarnya. Permasalahannya putus sekolah di Indonesia bukan masalah kecil.
Sebagaimana kita ketahui bersama, jumlah anak yang putus sekolah di Indonesia
dewasa ini angkanya tidak puluhan orang tetapi sudah mencapai ribuan orang, ini
bukan angka yang kecil. Dalam penyelesaian masalah anak putus sekolah ini,
bukanlah tanggung jawab satu, dua orang atau suatu instansi saja. Tetapi semua
orang dan semua lembaga bertanggung jawab pada masalah ini. Jika masalah anak
putus sekolah ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan berdampak
buruk bagi perekonomian Indonesia dan sosial bangsa pun akan terganggu.
Dengan
banyaknya anak putus sekolah akan berdampak kepada pengangguran karena
kemampuan yang dimiliki anak putus sekolah tersebut tidak mencukupi untuk
mengisi lapangan pekerjaan yang semakin canggih dan membutuhkan keahlian
khusus. Maka, angka pengangguran pun akan bertambah. Jadi, bagaimana Indonesia
bisa dan mampu bersaing dengan Negara-negara maju, sedangkan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) Indonesia masih jauh ketinggalan dari Negara-negara maju.
Selain itu,
anak-anak yang putus sekolah yang akhirnya menganggur akan semakin didesak oleh
kebutuhan hidup yang terus meningkat, yang mendorong untuk bertindak
kriminalitas seperti pencurian, perampokan, pembunuhan dan lain-lain. Yang
membuat masyarakat menjadi terganggu dan ketentraman yang telah terjalin
ditengah-tengah masyarakat akan hilang.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Putus Sekolah
Pendidikan
merupakan kebutuhan setiap orang. Setiap individu di dunia ini memerlukan
pendidikan untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik. Setiap anak yang
terlahir ke dunia, mereka belajar. Belajar mulai dari hal-hal yang kecil sampai
hal-hal yang besar.
Setelah
menginjak usia balita, anak mulai membutuhkan pendidikan non formal dan formal.
Pendidikan non formal adalah pendidikan yang bersumber dari keluarga,
masyarakat dan lingkungan. Pendidikan non formal diperoleh oleh seorang anak
secara gratis dan tanpa diminta pun seorang anak pasti akan mendapatkannya.
Yaitu pendidikan yag diberikan oleh
ayah,ibu dan kakak-kakanya serta orang yang berada di sekitar tempat
tinggalnya. Berbeda dengan pendidikan formal. Pedidikan formal adalah
pendidikan yang diperoleh oleh seorang dari lembaga-lembaga pendidikan seperti
sekolah.
Pendidikan
dapat diartikan sebagai perbuatan mendidik, pengetahuan tentang mendidik.
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya
sesuai dengan nilai-nilai dan budaya masyarakat.
Pendidikan
dapat diartikan sebagai sebuah proses timbal balik dari pribadi-pribadi manusia
dalam menyesuaikan diri dengan manusia lain dan dengan alam semesta. Sedangkan
pengertian sekolah menurut WJS. Poerwodarmita adalah bangunan atau lembaga
untuk belajar dan memberi pelajaran.
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengertian putus
sekolah adalah seseorang yang telah masuk dalam sebuah lembaga pendidikan baik
itu diingkat sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), maupun Sekolah
Menengah Atas (SMA) untuk belajar dan menerima pelajaran, tetapi tidak menyelesaikan
pendidikannya atau tidak sampai lulus kemudian mereka berhenti atau keluar dari
sekolah.
Pengertian
putus sekolah dapat pula diartikan sebagai Droup-Out (DO) yang artinya bahwa
seorang anak didik yang karena sesuatu hal biasa disebabkan karena malu, malas,
takut, sekedar ikut-ikutan dengan temannya atau karena alasa lain sehingga
mereka keluar dari sekolah dan tidak masuk lagi untuk selama-lamanya.
BAB III
ISI MAKALAH
4.2. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
Pendidikan merupakan
bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang sekaligus dapat membedakan
antara manusia dan hewan. Hewan juga belajar tapi lebih ditentukan oleh
instinknya. Sedangkan bagi manusia belajar berarti rangkaian kegiatan menuju
pendewasaan, guna mencapai kehidupan yang lebih kita kenal dengan istilah
sekolah. Sekolah adalah bagian dari suatu aktivitas yang sadar akan tujuan.
Sekolah dalam hal ini pendidikan
menempati posisi yang sangat sentral dan strategis dalam membangun kehidupan
secara tepat dan terhormat.
Pendidikan pada
hakekatnya merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia secara keseluruhan.
Setiap manusia berhak mendapatkan atau memperoleh pendidikan, baik secara
formal, informal maupun non formal. Sehingga nantinya ia akan memiliki mental,
akhlak, moral dan fisik yang kuat serta menjadi manusia yang berbudaya tinggi
dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya dalam masyarakat.
Penyebab seorang
anak putus sekolah disebabkan oleh 3 faktor yaitu:
4.1.1 Faktor
Ekonomi
Faktor Ekonomi
merupakan masalah terbesar yang ada untuk negara berkembang seperti negara
Indonesia. Keadaan ekonomi masyarakat Indonesia sebagian besar masuk dalam
kategori menengah ke bawah, sehingga pendapatan yang dihasilkan oleh orang tua
tidak mencukupi untuk biaya pendidikan. Walaupun adanya program pemerintah
seperti peringanan biaya sekolah, tetap saja sebagian masyarakat tetap merasa
terbenani dengan biaya pengeluaran seperti pembelian seragam, perlengkapan
sekolah maupun buku.
Selain itu mayoritas
masyarakat indonesia adalah petani, nelayan dan peternak. Dengan alasan itu
mereka beranggapan dengan adanya tenaga kerja tambahan dapat menaikan
penghasilan dan menaikan ekonomi keluarga sehingga sisi pendidikan menjadi
tidaklah penting. Jadi mereka membantu orang tuanya mencari nafkah. Ini mereka
lakukan untuk membantu perekonomian keluarga,baik secara langsung maupun secara
tidak langsung.
Membantu
perekonomian secara langsung yaitu dengan memberikan uang hasil pekerjaannya
kepada orang tuanya. Membantu perekonomian scara tidak langsung yaitu
penghasilan mereka digunakan untuk keperluan pribadi mereka sehingga tidak
membebani orang tua mereka lagi.
4.1.2 Faktor
Lingkungan
Pendidikan yang
diterima seorang anak sebelum memasuki pendidikan formal adalah pendidikan non
formal yang bersumber dan keluarga dan lingkungan masyarakat, disinilah awal
pembentukan karakter dan kepribadian anak. Namun, tidak semua lingkungan yang
mendukung pendidikan anak. Ada lingkungan yang memberi pengaruh negatif kepada anak
yang mengganggu proses pembelajaran anak di sekolah.
Pengaruh
negatif dari lingkungan banyak yang menyebabkan anak putus sekolah. Lingkungan
tersebut adalah :
a. Lingkungan
keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali ditemui
oleh setiap individu. Semenjak seorang anak dilahirkan hingga mencapai usia
sekolah, keluargalah yang paling sering ditemui. Didalam keluarga inilah
pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Karakter yang telah ada
tersebut dibawa seorang anak ke lingkungan luar,sepeti lingkungan
masyarakat,termasuk lembaga pendidikan.
Pada keluarga
yang kurang harmonis atau tidak harmonis, anak tidak bisa tumbuh dan berkembang
secara baik. Baik secara fisik mupun secara psikologis. sehingga anak tumbuh
menjadi anak yang nakal. Disekolah, anak yang tumbuh dilingkungan keluarga yang
tidak baik, mereka sering melanggar aturan dan tidak bisa menerima pelajaran
dengan baik karna batin dan pemikiran mereka terganggu oleh persoalan di rumah.
Ada juga anak
yang putus sekolah akibat perceraian orang tua. Selain karna beban mental yang
diterima,mereka memilih untuk putus sekolah karena harus mengurus adik-adiknya.
Selain akibat
keluarga yang tidak harmonis. Anak putus sekolah karna anak tidak mendapatkan
perhatian dan kasih sayang secara penuh dari orang tua dan keluarganya.
Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua ini disebabkan karna orang
tua dengan ekonomi menengah kebawah,sibuk bekerja mencari nafkah.Anak-anak yang
tidak mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua dan keluarganya ini,
seringkali mencari kasih sayang diluar rumah. Seperti pacaran,dengan adanya
pacaran yang kebanyakan membuat pendidikan terganggu dan pacaran yang tidak
dibatasi dan dikontrol apalagi diusia-usia remaja yang tingkat rasa ingin tahunya
tinggi serta dalam pencarian jati diri,banyak anak sekolah yang terjerumus
kedalam perbuatan maksiat yang dari segi agama dan pemerintahan yang tidak
dapat di toleransi lagi,seperti perbuatan zina,narkoba akibat pergaulan bebas.
Ini menyebabkan anak dikeluarkan dari sekolah dan putus sekolah kembali
terjadi.
Selain itu,
keberadaan anak perempuan didalam pendidikan masih kurang perhatian dari
sebagian orang tua, anggapan bahwa “setinggi apapun sekolah anak
perempuan,akhirnya kedapur juga” ini masih berkembang ditengah-ditengah
masyarakat. Tidak sedikit siswi yang putus sekolah karena menikah.
Cepatnya
pemikiran untuk menikah di kalangan siswi salah satu akibat dari film yang
dipertontonkan di televisi yang mana tayangannya,lebih besar nilai fiktifnya dan
amoralnya dibandingkan nilai pendidikannya, dan ada juga karena faktor
ekonomi,sebagaimana pemikiran yang berkembang di kalangan masyarakat
bahwa“walaupun anak perempuan tidak sekolah, hidupnya akan ditanggung suaminya,
kalau anak laiki-laki lebih baik bersekolah karena akan membiayai hidup
istrinya” sehingga pendidikan tidak menjadi hal yang penting dan hal yang di
utamakan .
Bagi anak
laki-laki, banyak yang putus sekolah karena lingkungan yang kurang baik serta
kurangnya pengawasan orang tua. Seorang anak bersekolah yang bergaul dengan
anak-anak yang tidak bersekolah maka dia akan mengikuti kebiasaan anak yang
tidak bersekolah tersebut. Seperti merokok, berjudu, minum-minuman keras,
sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan sering melakukan
pelanggaran yang membuat dia dikeluarkan dari sekolah.
Kurangnya
pengawasan dari orang tua juga menjadi faktor pendorong anak putus sekolah.
Contohnya, anak menonton sampai larut malam, bahkan sampai dini hari yang tidak
dikontrol oleh orang tua. Sehingga anak tidak konsentrasi sewaktu mengikuti
proses pembelajaran di sekolah,karna fisik kurang sehat dan rasa ngantuk akibat
kurang tidur. Selain itu anak yang kurang pengawasan orang tua ini sering
melanggar peratuaran yang berlaku disekolah, dengan seringnya melanggar
peraturan sekolah ini, anak tersebut dekeluarkan dari sekolah.
b. Lingkungan teman pergaulan
Selain lingkungan keluarga,lingkungan teman pergaulan juga membentuk karakter dn kepribadian dari
anak. Lingkungan teman pergaulan ini juga bisa membuat anak putus sekolah.
Dikalangan siswi sebahagian putus sekolah karena dipengaruhi
oleh pacarnya,karma pacarnya mengajak siswi tersebut untuk menikah. berbeda
dikalangan siswa. Walaupun, telah diprioritasikan untuk bersekolah oleh orang
tuanya, siswa tetap tidak mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan
sering melanggar aturan, ini disebabkan karena pengaruh teman diluar sekolah
yang tidak bersekolah.
Bagi siswa ditingkat SMA/sederajat, siswa yang putus sekolah
karena teman pergaulan ini yaitu karena siswa tersebut berteman dengan anak
yang tidak bersekolah dan terbawa-bawa oleh kebiasaan temannya tersebut seperti
merokok, minm-minuman keras, berjudi dan ngumpul-ngumpul sampai larut malam
bahkan sampai dini hari.
Dengan terbawa-bawa oleh kebiasaan teman yang tidak
bersekolah tersebut akan membuat siswa tidak bisa mengikuti pelajaran disekolah
dengan baik karena rasa ngantuk akibat kurang tidur dan juga malas untuk
sekolah. Dan apabila kebiasaan merokok, minim-minuman keras, dan berjudi itu
diketahui pihak sekolah tentunya akan membuat siswa itu dikeluarkan dari
sekolah dan putus sekolah pun terjadi.
Bagi siswa ditingkat sekolah dasar siswa terpengaruh
kemajuan teknologi informasi dan komuniksi. Jika tidak dimanfaatkan sebagaimana
mestinya, maka anak-anak didik akan terbawa kearah yang negatif, yang nantinya
akan membuat kepribadian mereka negatif yang bisa membuat mereka dikeluarkan
dari sekolah.
2.2.3 FAKTOR PRIBADI
Manusia adalah makhluk bebas yang memiliki hak dan
kewajiban. Melanjutkan pendidikan atau berhenti adalah pilihan.
Walaupun perekonomian orang tua bisa membiayai biaya sekolah,namun jika
keinginan untuk melanjutkan sekolah tidak ada,maka anak tersebut tetap akan
mengalami putus sekolah.Seseorang yang keluar dari sekolah atau putus sekolah
ada yang didasari keinginannya sendiri.
Memilih putus
sekolah tentunya ada alasan. Secara garis besar anak memilih putus
sekolah karena:
2.2.3.1 Tidak ingin
menyusahkan orang tua
Melihat
perekonomian orang tua yang berada digaris menengah kebawah membuat suatu
pemikiran dikalangan siswa siswi bahwa “lebih baik berhenti sekolah dan
membantu orang tua, kalupun sekolah belum tentu akan berhasil” dengan pemikiran
seperti ini seorang anak memilih untuk putus sekolah dan bekerja. Rasa kasihan
timbul dari hati siswa siswi melihat kondisi orang yang semakin tua,apalagi
kalau orang tua yang tidak lengkap,baik berpisah karena meninggal maupun
berpisah karena cerai.
2.2.3.2.Rasa Malu
Menurut teori
psikogenesis konflik batin mempengaruhi kepribadian anak. Sebagaimana
kita ketahui kemampuan seseorang dalam belajar dan menerima pelajaran tidak
sama. Anak yang kurang dalam menerima pelajran dan sering tidak naik kelas.
Memutuskan untuk putus sekolah karena malu belajar disekolah. Selain malu belajar
dengan anak yang seharusnya adik kelasnya, dia juga malu dengan teman-temannya
yang telah naik kelas.
2.2.3.3.Kesadaran akan kebutuhan
belajar anak kurang
Ada anak yang
berfikiran bahwa belajar itu hanya buang-buang waktu yang tidak menghasilkan
apa-apa. Bisa membaca dan menulis saja suadah cukup.
Pemikiran anak
seperi itu merupakan pemikiran zaman dahulu bahkan pemikiran di era
globalisasi. Namun, ini masih ada dikalangan pelajar.
2.2.3.4.Tidak merasakan nikmatnya sekolah
Banyak para
pelajar yang tidak merasakan nikmatnya sekolah dan lebih cendrung kepada
bermain-main. Ini terjadi karena disekolah dia tidak bisa berbuat banyak,
karena kemampuan berfikir yang kurag dan malas mengikuti kegiatan sekolah
seperti organisasi. Yang membuat mereka tidak dengarkan pelajaran pelajaran dan
pulang. In membuat mereka jenuh dan memilih untuk putus sekolah. Dan juga
disebabkan karena memasuki suatu sekolah atas paksaan orang tua.
2.2.3.5 Telah merasakan nikmatnya mendapat uang sendiri
Untuk membantu
perekonomian keluarga banyak anak sekolah yang bekerja sampingan. Dari kerjanya
tadi anak memperoleh hasil yaitu uang. Dengan menerima hasil ini, anak belajar
“untuk apa saja sekolah lagi, saya sudah bisa mendapatkan uang sendiri”
sehingga anak lebih memilih untuk bekerja dan putus asa.
Setelah putus
sekolah anak tersebut melanjutkan pekerjaan yang telah dijalani sewaktu dalam
jenjang pendidikan.
BAB V
DAMPAK DARI
ANAK PUTUS SEKOLAH
Dampak yang ditimbulkan dari anak putus sekolah ini adalah :
5.1 Dari pihak keluarga
Dari segi positif
· Dapat membantu perekonomian keluarga
· Mengurangi beban orang tua
Dari segi negatif
·
Semakin membuat resah orang tua karna kelakuan semakin bebas
·
Membut malu orang otua dan keluarga karna putus sekolah akibat pergaulan
bebas
5.2. Dari Masyarakat
Dampak positif :
· Dapat membantu pekerjaan bagi masyarakat yang membutuhkan
Dampak negatif :
· Membuat keresahan di masyarakat karna anak yang putus sekolah berbuat tindakan amoral. Seperti minum
minuman keras,berjudi,tauran dan pembunuhan akibat tekanan kebutuhan yang
semakin meningkat.
5.3 Dari Pemerintahan
Dampak negatif :
· Membuat angka pengangguran semakin meningkat
· Kriminalitas semakin meningkat
· Pengeluaran pemerintah dalam hal biaya sosial anak akan bertambah,
seperti yang berkaitan dengan perawatan psikologis,peningkatan kualitas
pengamanan wilayah dan peningkatan volume proses peradilan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Faktor penyebab
putus sekolah sebagai berikut.
-
faktor ekonomi
-
faktor lingkungan
-
faktor pribadi
a.
Tidak ingin menyusahkan orang tua
b. Malu
c. Kesadaran akan
kebutuhan belajar anak kurang
e. Telah merasakan
nikmatya mendapatkan uang sendiri
3.2 SARAN
Peneliti
menyarankan :
1. Hendaknya orang tua lebih memberikan perhatian kepada anak-anaknya
2. Hendaknya orang tua mengontrol anak mereka
3. Sebaiknya anak yang putus sekolah diberikan pelatihan khusus untuk
menambah keahlian mereka
Referensi